Cerita Dari Diriku

 Semarang, 26 Agustus 2020


Halo aku kembali.....

Setelah berbulan - bulan melakukan proses healing buat nulis disini, akhirnya aku memberanikan diri.

Banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan, bahkan sempat berpikir "bisakah aku melewati ini semua?" tetapi aku berusaha yakin kalau aku mampu melewatinya. Proses healing yang aku lakukan itu ngga mudah, dari merasakan debaran jantung yang ngga karuan, pening sampai ingin rasanya seharian tidur, takut membuka semua sosial media yang aku miliki, bahkan untuk berinteraksi secara nyata saja merasa ragu. Akibat dari sebuah kalimat yang diucapkan di masa lalu tetapi efeknya begitu dahsyat.

Aku sempat berpikir, apa salahnya dengan menulis sebuah cerita atau menulis apa yang aku rasakan di laman ini? Aku bukan orang yang pandai bercerita, lebih baik aku bercerita melalui tulisan. Aku takut dengan ekspetasi yang aku ciptakan dari respon teman-temanku saat aku mulai bercerita; hanya sekadar ingin tau atau benar-benar ingin tau lalu menyemangatiku. Itu yang aku pikirkan. Sebenarnya tidak ada salahnya aku bercerita dengan sekitarku, tetapi selalu ada saja kalimat ".... masih mending kamu, daripada aku...." ; menurutku tidak ada siapa yang lebih baik, semua memiliki masalahnya masing-masing. Saat ini prinsipku mencoba menjadi pendengar yang baik untuk sekitarku, karena aku tau sebenarnya orang-orang yang sedang mengalami healing sepertiku hanya butuh didengarkan bukan diberi respon yang membuat diri kami semakin memikirkan hal-hal negatif. Hingga akhirnya aku menemukan titik balik kehidupan.

Sekitar bulan Januari akhir di awal tahun ini, ada salah satu dosen yang mengadakan sebuah research dan melibatkan beberapa dosen. Aku menemui beliau saat dosen yang mengadakan research ini meminta berkumpul. Saat itu feeling yang aku rasakan berbeda, hatiku berkata kalau aku mampu untuk menulis kembali, aku masih merasa ragu saat itu. Hingga pertemuan kedua yang tidak disengaja, saat aku menuju kembali ke kelas dan beliau selesai mengajar kelas lain. Aku sudah berniat untuk menyapa dahulu, sebelum aku melakukannya; beliau sudah menyapaku dahulu dengan senyum, aku langsung membalas senyumnya lalu terburu-buru masuk kelas kembali. Dari pertemuan kedua itu aku mulai stalk beliau hingga akhirnya malam ini aku berusaha melawan rasa takutku untuk kembali menulis di tempat ini.

Aku tidak akan menyebutkan siapa dosen tersebut, walaupun kemungkinan beliau menyadari aku sering stalking sosial media beliau.

Terima kasih untuk beliau yang sangat berjasa untuk proses healing ini. Membuatku berani melawan rasa takut mengenai menulis sebuah cerita dari diriku ini.



Regards

Farida




Comments